PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat
Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya pada hari ini, jam ini,
detik ini dapat memulai menulis, padahal keinginan menulis ini sudah dari
tahun-tahun yang lalu, tapi kemalasan selalu menyergapi. Hingga akhirnya
sekarang lah waktu yang dirasa tepat untuk menulis, ketika kemauan bertemu
dengan kesempatan . . . bisa dibilang sekarang kemauan itu datang lagi, dan
seiring dengan itu kesempatan sangat terbuka lebar . . . inilah yang patut saya
syukuri saat ini. Terima kasih Ya Allah.
Dari sekian banyak tulisan maupun novel
yang saya baca, semuanya menginspirasi saya untuk menulis. Dibenakku terbersit
“orang lain yang dulunya tidak ada apa-apa pun bisa menulis, dan buah dari
keuletan ia menulis bisa dikagumi dan dihargai masyarakat luas”. Sebelumnya
saya berfikir, orang-orang yang berpendidikan tinggi dan berintelek yang bisa
menulis. Setelah saya melihat beberapa fenomena, ternyata dugaanku salah.
Seorang mahasiswa yang masih bau kencur seperti saya ini, boleh menulis, tak
ada yang bisa melarang. Prinsipnya, sejelek apa pun dan seancur apapun tulisan
kita, itu tetap hasil karya kita sendiri, yang kebanggaannya tidak bisa diukur
dengan apapun apalagi dibeli dengan uang. Dengan begitu rasa percaya diri mulai
tumbuh. Tapi orang berpengalaman bilang, “Jangan mudah puas dengan satu
tulisan, terus berkarya dan memperbaiki tulisan yang lalu supaya bisa lebih
baik lagi.” Benar kata mereka, kapan kita bisa dihargai oleh masyarakat luas,
jika tulisan yang kita buat Cuma satu, hancur pula...(ha.ha.ha). seenggaknya
kalo sudah sering menulis, kita tahu dimana letak kesalahan kita menulis.
Saya jadi malu bilang mau menulis, karena
apa yang akan saya tulis ini tidak penting untuk kebanyakan orang. Mungkin
pengalaman pribadi seseorang sangat bermakna bagi siapa saja. Tapi pengalaman
yang seperti apa dulu?? Pengalaman seperti yang akan aku ceritakan ini kah???
(oh,,,bahagianya aku ini jika iya...haha). dari tulisan-tulisan yang saya baca,
kebanyakan cerita pribadi yang dikagumi banyak orang tuh yang menginspirasi si
pembaca. Misalkan cerita seseorang yang bisa kuliah berkat kegigihannya, atau
cerita si anak yang bisa menghajikan kedua orang tuanya. Jelas lah
tulisan-tulisan seperti itu sangat menginspirasi jiwa si pembaca, termasuk
saya.
Ternyata sudah cukup panjang saya bertutur.
Saya belum menyentuh sedikitpun inti dari apa yang akan saya tulis. Walaupun
malu tetap menyelimuti, tapi saya harus tetap percaya diri. Ya disini saya akan
menulis pengalaman saya ketika liburan kemarin. Saya menyadari tulisan ini
tidak banyak disenangi kalu dilihat dari garis besarnya. Intinya liburan ke
Dufan. Mungkin orang lain yang sudah liburan ke Paris, Amerika, Belanda, dll
gak sombong seperti saya, sampai dibikin tulisan segala. Tapi pada dasarnya
disini saya bukan ingin mengexpose liburannya, tapi lebih ke ingin belajar
menulisnya. Kalau mengingat liburannya, mungkin semua orang bisa melakukannya.
Tapi kalau menulis, saya gak yakin semua orang bisa melakukannya.
Wah banyak sekali ucapan terimakasih yang
harus saya sampaikan pada kesempatan kali ini, sehingga keinginanku berlibur ke
Dufan dapat terealisasi, yang pada akhirnya aku berkeinginan merangkum liburan
kali ini ke dalam sebuah tulisan.. Boleh
lah saya uraikan satu per satu.
1. Kedua orang tuaku, terutama bapakku.
Saya acungin
JEMPOL deh buat bapak ku. Orangnya chu-X, tapi peduli. Mungkin berkat orang tua
ku lah, waktu itu saya bisa berangkat berlibur ke Dufan. Karena saluran materi
dari beliau, saya bisa sampai di Kota Metropolitan, dan bisa memasuki kawasan
hiburan seperti Dufan. Makasih Pak, semoga liburan ku kemarin berkah.
2. Kedua saudaraku, Hendra dan Eva.
Kadang kesel
nih aku dengan mereka...hahaha. Tapi subhanallah saya lebih sering bangga
dengan mereka. Yah bisa dibilang mereka berperan aktif dalam hidupku, pokoknya
mereka bukan kakak biasa. Khususnya untuk A Hendra, yang bikin aku berani
bepergian sendiri. Saya gak akan bisa berangkat tanpa ada keberanian.
3. Sahabat kuliah ku Nedhia Anggaraeni
Seftiani.
Makasih shob
!!!, maafkan aku shob !!!, dua kata itu yang pantas keluar dari mulutku. Aku
bilang makasih, karena dia yang pertama kali mengajaku untuk liburan ke Dufan.
Dngan tekad dia untuk bisa liburan bareng, memperkuat tekadku pula, bahkan
tekadku bisa dibilang lebih kuat dari benteng raksasa China...(Lebay deh
jadinya). Aku minta maaf, karena suatu hal, akhirnya aku berangkat sendiri.
Pantaslah aku dibilang tega...heuheu. Dia yang memulai, aku yang mengakhiri.
Dia yang punya ide, aku yang merealisasikan. Kita punya angan-angan bersama,
hanya aku yang jadi pergi... Maafkan aku !!!
4. Sepupuku, Listy Hikmatin.
Aloooo kuuu,,,
betapa dirimu sangat bermakna buatku..(Ha.ha..aku Lebay lagi). Karena dirimu
aku jadi ke Dufan, kalo gx ada dirimu mungkin hanya jadi ke Jakarta, terkubur
sudah harapanku untuk bisa liburan ke Dufan. Karena dirimu juga, bibiw
terinsfirasi untuk mulai menulis...hehe (teringat proposal hidupmu lhoh...).
Karena dirimu sendal bibiw copot . . . (Eh enggak deng, gx nyambung ya???
Ha,ha,ha).
5. Sepupuku, Lius
Tak ada
habisnya lisan ini mengucap terimakasih untuk Lo Iyu. Makasih, makasih,
makasih. Kebaikanmu tak akan aku lupakan. Karena mu, waktu yang sempit
dijadikan luas, biaya yang mahal dijadikan murah, ketakutan dijadikan
keberanian. Dia yang ngebela-belain cuti kerja hanya untuk nganter kami ke
Dufan, sosok apa namanya kalo bukan sosok orang yang baik...hee...Semoga saja
tenaga, pikiran, materi, yang beliau sumbangkan untuk kami, diganti
berlipat-lipat oleh-Nya. Andaikan aku punya seribu tangan, akan aku acungkan
seribu jempol. Sayang punya dua tangan, ya sudah dua jempol aja yang saya
acungkan.
6. Saudaraku, Kang Uman
Makasih
sekali, karena berkat beliau Kami bisa berbaring di kasur, bukan di kolong
jembatan, berkat beliau pula kami bisa makan enak, bukan makan hasil pungutan dari
sampah. Kalau tak ada beliau, apa bedanya kita dengan gembel...haha. Untung
masih ada yang mau menampung kami...hee
7. Kakak Iparku, Firda
Teteh ku, makasih ya kameranya !!! karena
te2h kita bisa mengabadikan hari bahagia di Dufan. Karena te2h aku gak akan di
bilang boong. Karena zaman sekarang tuh liburan kemanapun, jika gak ada bukti
berupa foto, mungkin orang-orang gak akan percaya. Makanya saat bepergian,
kamera tuh sangat penting kawan !!! lebih penting Kamera deh daripada
HP,,,,(Penting dua-dua nya deng, kalo nyasar gx ada HP gmna ?? ). TOP deh buat
th firdha...
Runtutan
orang-orang yang saya sebutkan sangat mendukung keberangkatanku, sangat
mendukung kebahagiaan hidupku...Thanks to all...
Tasikmalaya, 3 Agustus 2010
Salam bahagia
Penulis
LO LISTY PENYELAMATKU
Angan-angan, mimpi,
keinginan mestinya diramu dalam sebuah realisasi. Liburan ke Dufan tanpa
implik-implik orang tua dan sekolah mungkin awalanya hanya mimpi. Karena saya
lebih sering liburan jauh tuh kalo diajak orang tua, itu pun bukan acara
keluarga tapi dari sekolah orang tua. Lebih sering lagi jika sekolahku sendiri
yang ngadain, sehingga langkah kita serasa sempit, merasa ada benteng besar
yang menghalangi langkah ini.
Sekarang, seiring
dengan bertambahnya kedewasaanku, kepercayaan dari semua orang tertumpah.
Kepercayaan untuk bisa menjadi sopir kehidupan sendiri, yang mampu membawa diri
dari jurusan kegelapan menuju keterangan, dari jurusan keburukan menuju
kebaikan, dari jurusan kemiskinan ilmu menuju kekayaan ilmu. Semua kepercayaan
itu diberikan oleh orang tua dan saudara-saudaraku. Karena ada kepercayaan itu
saya bisa menghirup udara di tempat manapun yang saya inginkan.
Hari
itu hari rabu, saya sibuk sekali mendata teman-teman yang sekiranya bisa
menemaniku liburan. Yah memang pada awalnya saya optimis untuk liburan dengan
temanku Nedhia Anggraeni. Tapi izin orang tua itu penting saudaraku !! Sekilas
bisa ditebak, gagalnya keberangkatan dia karena tertahan oleh izin orang tua.
Disini aku harus bersyukur, dimana setiap langkahku selalu diiringi oleh restu
orang tua. Kemanapun aku ingin pergi, alhamdulillah izin orang tua selalu
mengikuti.
Tibalah
aku di puncak kekesalan. Tak ada satupun teman yang bilang “iyah, aku mau”. BT
nya aku saat itu, serasa ingin mengulur waktu agar rentang waktu dari hari ini
ke waktu keberangkatan kurang lebih sebulan lagi. Supaya ada waktu buatku untuk
mengintip kira-kira siapa yang bisa dijak liburan. Kalo mepet kaya gini kan
pasti pada gak mau, kebanyakan berat di biaya. Kalo banyak waktu, lumayan bisa
suruh aku nabung dulu. Hee..... Nasi sudah menjadi bubur, aku hanya punya satu
hari lagi, untuk membujuk orang-orang. Ku terima berbagai alasan dari
teman-temanku, yang intinya MENOLAK. “Kenapa gak bilang dari dulu?”, “aku lagi
gak punya duit”, “aku juga lagi liburan nih”....Sumpeh temen-temenku tuh banyak
cingcong, intinya GAK MAU. Bahkan ada temanku yang nyampe 10 smsan, biasa lah
nanya “kapan?”, “Sama siapa aja?”, “Ngnep dimana? “. Pada saat itu hatiku
sangat amat senang n girang sekali, karena sms seperti itu pertanda baik, dia
mau ikut. Tapi siapa mengira kalo segitu banyak sms hanya basa basi dan omong
kosong belaka. Tiga sms terakhir batinku mulai menciut, malapetaka menghampiri,
dan akhirnya benar-benar terjadi. “NGGAX AH”. Dengan santainya dia bilang
begitu, sementara aku merana disini. Huhu....Saking keselnya, aku hapus semua
sms yang bikin kepalaku cunat-cenut.
Ya
sudahlah, aku niatkan untuk berangkat sendiri. Untuk mengobati rasa kesalku,
aku bergumam dalam hati “Kenapa aku mesti ajak-ajak orang, bukankah aku juga
sering bepergian sendiri? Apalagi ini Cuma ke jakarta yang hanya butuh waktu
2,5 jam dan nantinya pun akan dijemput”....Kalau dibilang butuh temen pas di
bis, boonk banget. Orang kerjaan di bisnya juga tidur...haha. BT ini sudah
tingkat Jendral, sampai kantuk mulai menghampiri. Gx terasa tuh lama-lama mata
mulai terkatup, sampailah aku pada puncak tidur pulas. ZzZZZzzzZZ , . . .
Bangun
tidur ko aku jadi inget lagi tentang kesendirianku dalam keberangkatan ntar.
“Masa aku liburan sendiri?? Gak seru tuh. Kalaupun aku berangkat, pasti Cuma
diem di rumah sodara z, mana mungkin aku maen ke Dufan sendiri?? Oh My God”.
Bukan liburan namanya jika gak bikin hati ini senang. Aku harus mengulang
kejadian sebelum tadi aku tidur..Ya, aku mulai mengingat-ingat orang yang bisa
diajak pergi. TET,,,Pikiranku terarah pada satu NAMA “Lo Listy”, ya lo listy.
Ada kemungkinan dia mau ikut, coz kalo gx salah dulu dia pernah ada keinginan
untuk liburan bareng ke tempat yang agak jauh gitu. Ku pegang lagi HP, Ku mulai
mengetik kata-kata rayuan, SEND !!!. Sudah, aku tinggal nunggu balasan. . . .
yESsSSS, Aku jadi pergi, aku bakal maen ke Dufan, aku bakal naik HISTERIA yang
menjadi salah satu tujuanku ingin ke Dufan. Yess Mimpiku jadi nyata. Aku bisa liburan
tanpa implik-implik orang tua atau sekolah.
Lo
Listy, kau penyelamatku. MAKASIH yah !!!!!!!
SANDALKU LUKA, HIDUPKU MALANG
Tibalah
waktunya aku berada di perjalanan menuju Jakarta. Aku senang sekali “Hey, kota
Metropolitan, I’am comming” . . . Aku merasa orang udik yang baru pertama kali
mengunjungi sebuah kota. Padahal tak sekali, dua kali aku menginjakkan kaki di
tanah kota, bahkan sejak duduk di bangku SMA aku berada di lingkungan
perkotaan. Yah karena mungkin Jakarta sangat berbeda dengan kota-kota lain di
Indonesia. Jakarta merupakan raja keindahan, raja keramaian, dan raja
kesenangan.
Ketika
berada di bis, aku begitu menikmati perjalanan menuju Jakarta. Aku diantar oleh
sebuah bis kebanggaan setiap orang “PRIMAJASA”, Rajanya bis yang paling murah,
tetapi lumayan nyaman. Tak sedikitpun aku tahu, dimana aku harus berhenti. Yang
aku tau harus berhenti di PGC Cililitan. Tempat itu sangat asing buatku,
jangankan tau dimana tempatnya, ngedenger pun baru kali ini dari saudaraku.
Tapi yang aku herankan, tak ada rasa takut sedikit pun, yang ada aku sangat
senang dalam kebimbangan ini. Aku selalu percaya, jika dibarengi tekad yag
kuat, kemanapun tujuan kita pasti Allah akan mengantarkannya dengan selamat.
Dan ungkapan itu selalu aku ingat jika bepergian ke tempat yang belum aku tahu.
Alhasil, perjalananpun selamat dan sampai ke tempat tujuan.
Kami
tidak diturunkan di PGC Cililitan, melainkan di Pul Primajasa, sekitar beberapa
meter dari PGC. Kata mas sopir sih, gak boleh turun di PGC, harus di pul nya. Ya
sudah saya nurut aja, tak ada alasan aku untuk mengelak, tau apa aku tentang
kota jakarta. Pokoknya aku serasa orang bego yang oon dan bertitel bodoh. Oh
sebegitu tolol nya aku ??? (TidaaaAAAAAAAkkkkKKK
. . . . . . . )
Akhirnya
kami sampai juga. Turun dari bis ko makhluk diperut pada berisik minta
sumbangan ya??? Mau jajan, tapi ujan. Ya sudahlah kita hanya bisa diam sambil
memandangi gemerincik ujan, yang kian menderas. Niatnya kami menunggu Lo Iyu
ngejemput, tapi naudzubillah lamanya minta ampun. Kayaknya kalo di Jakarta
menunggu tuh santapan orang-orang setiap hari. Karena ya pasti macet. Ujan
mulai reda, kaki mulai melangkah ke toilet. Yang ujung-ujungnya belok ke sebuah
warung kecil di tepi pul PJ. Selangkah lagi kakiku tiba di teras warung,,
JeppRRuuuutttttt sandalku copot. Hemm malunya aku bukan kepalang. Kalo jarak
pul PJ – Kostan kayak dari kampus ke bunderan Cibiru, saat itu pula aku akan
balik arah dan mengganti sandal ke kostan. Tapi saya di Jakarta sayang, apa
kata DUNIA jika aku saat itu balik lagi gara-gara sandalku copot. Oh My God gak
lucu sekali tragedi ini.
Tak
peduli sandalku copot, tak peduli semua mata tertuju padaku, yang pasti perutku
laper dan harus segera mendapatkan suplai makanan yang bisa mengenyangkan. Kesel
aku sama sandalku, pasti si sandal seneng karena orang-orang pada ngeliatin,
serasa artis deh dia. Padahal aku Malu, campur kesel, campur pingin ketawa, es
campur deh jadinya...hee. Tanpa aku sadari ada seseorang nan jauh disana yang
memperhatikanku. Dia iba mungkin ngeliat langkahku yang mulai keliatan gak
nyaman... aku jadi malu dapat perhatian yang konyol. “neng, coba beli hansaplas
nanti dibantu masangin”. Aneh sangat tu orang, siapa lagi yang luka orang Cuma
sandal copot. Aku jadi bingung pas mau beli hansaplas, tu orang ngiranya aku
luka kali ya. Aku nanti kan jadi malu pas ngeliatin kaki, ternyata gak luka,
sandalku yang luka. Seandainya orang-orang ngetawain aku, Mau dikemanain mukaku
bang??? Aku beranikan diri menghadap si bapak-bapak itu, eits ternyata
prasangka si bapak sesuai. Emang dia ngiranya sandal aku copot. Sandalku
dibalut hansaplas, kaya yang luka gitu, untung gak keluar darah. Jadi sedih aku
ngeliatnya. “Maafkan aku telah lalai dalam menjagamu (AiiihhHh lebay)”......
LUMAYAN
sandalku bisa dipakai lagi, walau gak sanggup berdiri karena akan menanngung
malu. Memang beban yang sangat berat itu ketika menanggung rasa malu, lebih
berat daripada menanggung besi 1 ons. (Hee, ya ea lah . . .). dari sejak itu serasa
hidupku malang benar. Aku lebih banyak mendoakan sandalku ketimbang aku. “Ya
Allah lindungi sandalku, kuatkan Dia agar bisa mengantarkanku sampai ke tempat
tujuan!!”. seperti itulah aku berdoa, karena mungkin tanpa sandal itu aku gak
bisa ngapa-ngapain.
Happ,,,aku
melahap makanan yang baru saja aku beli dari warung. Disampingku ada sosok
bapak-bapak setengah baya. Pas aku menoleh, sekalian aja aku tawarin. “Pak,
bala-bala??” ko si bapak itu malah ketawa. Apanya yang salah sih?? Udah
baik-baik aku nawarin, gak ada tuh orang lain yang lagi makan terus nawarin ke
bapak. Huh reses deh. “aduh neng d Jakarta mh namanya bakwan, bukan bala-bala.
Kalo di Bandung iyah”. . . si bapak bikin malu aku aja. Kurasa aku tinggal di
bandung udah bener-bener di Kota gituh, seenggaknya sama-sama kota besar dengan
Jakarta, eh pas ke Jakarta tetep saja serasa wong deso. Hahaha... Di kota
Metropolitan ini, bala-bala pun bikin aku malu.
Sejam
sudah kami menunggu jemputan. Gara-gara tragedi sandal copot dan si bala-bala aku
makin kesal karena tak bisa banyak bergerak, yang menjemput pun tak kunjung datang.
Oh Tuhan, samapai segini malangkah nasibku ini???. Rasanya pingin cepet-cepet
aku pergi dari tempat ini, sumpeh deh udah kagak nyaman. Banyak sekali aku menanggung
beban malu hari ini . . . Oh no . . .
SURGA
DI MALAM HARI
Udara
malam hari mulai menusuk sampai ke tulang rusuk. Gemerlap malam kota
metropolitan mulai terlihat. Tulisan-tulisan di tembok gedung yang tadinya
nampak jelas sekarang mulai hilang ditelan kegelapan malam. Kami pun larut
dalam keindahan Kota Jakarta di malam hari yang ditaburi gemerlap sinar lampu.
Aku sempet bergumam dalam hati “Akankah kampungku tercinta kelak akan menjadi
tempat seindah dan seramai Kota Jakarta ini??”. Lamunan aku yang berandai-andai
ini terhenti oleh sosok laki-laki yang baru saja tiba, oh ya dia Lo Iyu yang
akan menjemputku. Mukaku tampak sudah kusam, hati ini tampak kesal, tapi
jantung ini melonjak-lonjak girang. Tak bisa aku sembunyikan bahwa malam ini
aku bahagia. Kekesalan selama menunggu dibayar lunas oleh kedatangan Lo Iyu
yang menyodorkan berjuta pengalaman.
PAK, BAJAY !!
Jemputan
telah tiba, kami pun riang gembira. Sebentar tanggungan malu itu mulai
meringan. Sedikitnya aku bisa menghirup udara malam yang sangat sejuk. Kita
sempet duduk-duduk dulu, dan pesen minuman sbelum melanjutkan perjalanan menuju
Cakung. Setelah rasa haus ini sudah merasa terobati, kami pun mulai beranjak
dari tempat duduk. Sasaran angkot sekarang yaitu angkot 29. Beda banget sama di
Bandung. Kalo di bandung angkot tuh terkenalnya dari trayek tujuan, sedangkan
di Jakarta lebih dikenal lewat nomor nya. Kayaknya emank lebih enak dari nomor
nya, jadi lebih simpel gituh. Sama loh di Jakarta kaya di Tasik....
My Health Tips Online - is a free Health Blog for global online users, where you can ask your queries and get and get answered
BalasHapusContact us :
My Health Tips Online